29 June 2011

Mengenal Cara Pembenihan Ikan Lele pada Kolam Terpal


Ikan lele (Clarias batrachus) merupakan ikan yang memiliki ciri yang khas yaitu memiliki sepasang patil yang berada di sebelah depan sirip dada. Fungsi patil selain dipergunakan sebagai senjata, juga dipergunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah. Ikan lele biasanya hidup di rawa atau sungai, cocok dipelihara pada kolam air diam. Ikan lele mempunyai alat pernafasan tambahan yang terletak dalam rongga insang, sehingga lele dapat hidup dalam lumpur atau dalam perairan yang lembab. Ikan lele dalam hidupnya sangat memerlukan oksigen langsung dari udara, oleh karena itu terkadang lele menyembulkan kepalanya ke udara terbuka. Jika permukaan air terlalu rapat oleh gulma air seperti enceng gondok dan teratai, biasanya lele akan cepat mati karena kekurangan oksigen langsung dari udara.Ikan lele termasuk ikan pemakan segalanya (omnivora) tetapi lebih menyukai pakan yang berasal dari hewan. Makanan yang disukai benih lele adalah jasad renik seperti protozoa, crustacea yang halus, rotifer dan fitoplankton. Setelah dewasa, ikan lele lebih menyukai larva insekta, udang, cacing, ikan, bahan organic/detritus yang berada di dasar kolam. Selain itu ikan lele juga menyukai jasad hewan yang telah membusuk (bangkai) sehingga banyak kalangan menyebutnya scavenger (pemakan bangkai). Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan, namun ada pendapat ikan ini memijah sepanjang musim atau sepanjang tahun. Biasanya ikan lele membuat lubang datar dengan kedalaman 20 cm dan diameter 25 cm. Telur dikeluarkan dalam lubang melekat pada rumput dan tanah. Telur berbentuk bulat, berwarna kecoklatan dengan diameter 1,3-1,6 mm. Dalam jangka waktu 20 jam, telur akan menetas pada suhu 25-320C. Induk jantan menjaga sarang dengan mengipaskan sirip ekornya untuk menambah kandungan oksigen.
Dalam pemilihan induk, untuk membedakannya induk jantan mempunyai kepala yang relatif kecil sedangkan induk betina mempunyai kepala yang relatif cukup besar. Warna induk jantan kadang cokelat dengan kulit yang agak kasar, sedangkan induk betina berkulit halus dengan warna agak gelap. Pada alat kelamin akan terlihat induk jantan mempunyai genital papilla yang runcing, sedangkan induk betina berbentuk bulat. Pada kesempatan ini kita akan bahas mengenai cara pembenihan ikan lele dengan menggunakan kolam yang terbuat dari terpal. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut (BPPP, GBIS dan aneka literatur.).
  1. Persiapan Kolam Terpal ukuran 4x2m dengan ketinggian 1 meter.
  2. Pembuatan Kakaban menggunakan ijuk yang telah dibersihkan dari lidi-lidi besarnya dengan maksud agar lele tidak terluka pada saat melakukan pemijahan, ijuk tersebut dipotong kurang lebih 30 - 40 cm kemudian dipaku bersama dua bilah bambu yang sudah diserut halus. Panjang kakaban dibuat 1,5 m dan untuk kolam ukuran 2m x 4m dibutuhkan 14 - 18 buah kakaban.
  3. Persiapan kolam penetasan. Kolam penetasan dibuat dengan ukuran 4m x 3m dengan ketinggian dinding 50cm, kolam ini dapat dibuat dengan menggunakan terpal agar lebih mudah. Untuk satu kali pemijahan dibutuhkan 5 buah kolam penetasan, ini disebabkan telur yang dihasilkan sangat banyak jadi harus dibagi ke beberapa kolam penetasan
  4. Persiapan Indukan lele. Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari berat badan. Antara betina dan jantan terlebih dahulu dipisahkan. Ciri indukan yang siap untuk betina adalah alat kelamin sudah berwarna merah jambu ataupun kalau itu tidak begitu kelihatan tinggal dipegang perutnya kalau terasa besar dan lembek berarti sudah siap. Untuk yang jantan juga sama bila alat kelaminnya sudah kelihatan berwarna merah mudah dan menonjol atau bisa juga dilihat dari siripnya bagian atas yang berdiri.
  5. Persiapan Pemijahan dengan melakukan pengaturan kakaban di dalam kolam, mengisi kolam dengan air bersih 25-30cm, pemindahan indukan 1 betina 2 jantan dilakukan pada sore hari jam 16.00 dengan seser secara perlahan-lahan agar ikan tidak sters, dan mulai proses perkawinan. Agar berjalan dengan baik jangan membuat kegaduhan, lele akan bertelur pada subuh sampai pagi hari apabila kondisi lingkungan tenang.
  6. Pemindahan Telur dilakukan pada pagi hari sekitar jam 6-7, telur sudah bisa dilihat dengan mata kita ditandai adanya butiran warna hujau gelap diatas kakaban dan akan terlihat banyak sekali karena satu indukan bisa bertelur sampai 30.000 butir, pada sore harinya kita bisa pindahkan masing-masing kakaban yang berisi telur tadi ke masing-masing kolam penetasan yang sudah disiapkan.
  7. Penetasan akan terjadi setelah 24-48 jam ditandai dengan larva yang berenang disekitar kakaban dan di bawah kakaban. Setelah lebih dari 48 jam dan sudah banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati-hati. larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva in tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari. Untuk menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.
  8. Pemberian pakan metode pertama dapat dilakukan setelah 7 hari berupa kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga dapnia. Metode pemberian pakan lainnya yaitu pakan diberikan sekitar 3-5hari berupa rotifer dan zooplankton, memasuki hari keenam bisa diberikan kutu air disaring. Setelah 14 hari, bisa diberikan kutu air tanpa disaring dan cacing sutra atau jentik-jentik.
  9. Pemanenan benih dapat dilakukan saat benih berumur 17 – 21 hari (panjang 2,5cm). Pada ukuran tersebut benih lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli. Jika ingin memindahkan benih, benih diambil dengan piring plastik dan sebagian airnya diikut-sertakan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga benih sehingga tidak terluka dan menimbulkan kematian. 

25 November 2010

Seri Pertanian Kota : "Bertanam Cabe di Lahan Sempit”

Kadang tinggal di perkotaan dengan keterbatasan lahan menjadi kendala kita untuk dapat menyalurkan hobby menanam atau mengembangkan jiwa tani kita. Namun hal itu dapat kita hadapi dan antisipasi dengan pola pikir secara produktif dan kreatif. Kita dapat menanam dengan sistem verikultur atau sistem tanam vertical, disini penulis memanfaatkan wadah berupa polyback, dimana model atau pun bentuk polyback dapat bermacam-macam. Aneka polyback sudah banyak dijual di pasaran terutama di toko-toko tani terdekat.
Disini penulis akan menjelaskan mengenai cara bertanam cabe di lahan sempit, lahan sempit umumnya merupakan kondisi yang dialami di daerah perkotaan. Penulis memilih cabe, karena komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya menyukai sambal dan masakan pedas sehingga membutuhkan cabe setiap harinya.
Cabe dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0 – 1200 mdpl. Jenis tanah tak menjadi persoalan asalkan diolah dengan baik, namun untuk dapat memperoleh pertumbuhan dan produksi terbaik sebaiknya pada tanah berstruktur remah atau gembur dan kaya bahan organik. pH tanah yang dikehendaki antara 6,0 – 7,0. Iklim yang cocok untuk cabe mempunyai curah hujan 1500 -2500 mm per tahun, suhu 16-320C dan sinar matahari yang cukup. Cabe yang umumnya dikonsumsi meliputi 2 jenis yaitu cabe besar (capsicum annuum) dan cabe rawit (capsicum frutescens) alias cabe kecil.
Benih cabe dapat diperoleh dari biji yang berasal dari buah yang sudah tua yang bentuknya sempurna, tidak cacat dan bebas penyakit. Biji tersebut di jemur hingga kering dan siap untuk disemai. Jika benih sudah lama disimpan sebaiknya dipilih sebelum disemai, dengan cara direndam dengan air hangat terlebih dahulu. Pilihlah biji cabe yang terendam karena yang terapung biji tersebut sudah rusak dan akan sulit untuk tumbuh. Sebelum ditanam sebaiknya benih cabe tersebut direndam dalam larutan Kalium Hipoklorit 10% sekitar 10 menit, untuk menangkal penyakit virus dan jamur yang sering terdapat pada benih. Disamping itu kita juga dapat memperoleh benih cabe di pasaran yang banyak dijual di toko-toko tani terdekat.
Benih yang sudah kita peroleh dapat kita semai pada tanah bedengan atau pun dalam polyback yang lebih luas permukaannya. Setelah itu kita siram dengan sprayer halus agar tumbuh baik. Rawatlah dan siram secara teratur setelah berumur 30-40 hari setelah semai bibit siap ditanam di polyback ukuran 40x60. Dalam polyback sebelumnya telah diisi dengan kompos atau tanah campuran pupuk organik perbandingan bisa 1:1 atau model perbandingan lainnya, atau dapat juga tanah tersebut di dalamnya diberi aneka sampah organik. Untuk pemeliharaan dan perawatan biasanya tanah dalam polyback dibersihkan dari gulma-gulma yang mengganggu, kadangkala jika tanah sudah agak terlihat padat digemburkan kembali.
Umur panen pertama biasanya 70-75 hari di dataran rendah sedangkan di dataran tinggi biasanya pada umur 4-5 bulan. Hal tersebut sangat bergantung pada varietas yang kita gunakan. Setelah panen pertama setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin. Tanaman cabai dapat dipanen secara terus menerus hingga berumur 6-7 bulan.