10 November 2009

Info Teknis Usaha Ternak Sapi Perah

Usaha peternakan sapi perah menghasilkan beberapa produk yang terdiri dari produk utama, sampingan dan limbah. Produk utamanya berupa susu segar, produk sampingannya berupa pedet dan sapi afkir dan limbahnya berupa feses (kotoran padat) dan urin (air kencing) yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik serta biogas.
Daerah sejuk dan kering merupakan daerah yang cocok untuk sapi perah. Daerah ini biasanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai ketinggian di atas 800 m dpl. Salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan produktivitas ternak sapi perah adalah penggunaan sapi yang baik mutunya. Dasar pemilihan atau standar yang biasa digunakan antara lain: bangsa, produksi, bentuk (eksterior), kesehatan dan sifat-sifat sapi. Bentuk luar pada sapi perah yang dipelihara sebaiknya memiliki ambing besar dan simetris terletak di bawah perut, diantara kedua kaki belakang yang lebar dengan pertautan yang cukup kuat, keempat puting susu memiliki bentuk dan ukuran yang sama dan letaknya simetris. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi susu dan resiko usaha peternakan sapi perah, antara lain :

A. Faktor Genetik
1. Bangsa Sapi Perah
Setiap bangsa sapi mempunyai sifat-sifat yang khas dalam menghasilkan susu yang baik dalam jumlah (kuantitas) maupun kualitas serta warna susunya. Sapi Fries Holland (FH, Holstein) merupakan bangsa sapi perah yang mempunyai kemampuan produksi susu tertinggi dalam kuantitasnya, baik di daerah beriklim sedang maupun di daerah beriklim tropis. Akan tetapi dalam produksi lemak susu, sapi FH ini paling rendah dibandingkan dengan bangsa sapi lainnya. Bangsa sapi Jersey merupakan bangsa sapi yang mempunyai produksi susu dengan kadar lemak tertinggi, sedangkan bangsa sapi yang lainnya mempunyai kadar lemak susu diantara sapi FH dengan sapi Jersey.
2. Besarnya Badan Sapi
Sapi-sapi yang mempunyai bobot badan lebih berat biasanya akan menghasilkan susu lebih banyak daripada sapi yang kecil pada bangsa dan umur yang sama. Hal ini disebabkan sapi yang berbadan besar mempunyai kemampuan untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak, sehingga ketersediaan zat makanan hasil metabolisme tubuh sebagai bahan baku (precusor) susu dapat lebih banyak.

B. Faktor Lingkungan
1. Pakan dan ketersediaan air
Jumlah pakan yang diberikan merupakan faktor kritis yang paling utama dalam produksi sapi perah. Sapi perah mengkonsumsi pakan (hijauan dan konsentrat) dalam bahan kering sebesar 3-4 % dari bobot badannya. Disamping jumlah, maka imbangan hijauan dengan konsentrat juga akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Pakan yang terlalu banyak hijauannya (>70%) akan menyebabkan jumlah produksi susu turun, tetapi kadar lemak susu naik. Sebaliknya pakan yang terlalu banyak mengandung konsentrat (>50%) akan menyebabkan kenaikan jumlah produksi susu dengan kadar lemak susu yang rendah.
Bahan pakan berserat merupakan pakan utama sapi perah misalnya rumput. Bahan pakan tersebut mengandung serat kasar yang tinggi, tetapi kadar serat yang terlalu tinggi dalam ransum dapat mengakibatkan ransum sulit dicerna. Sebaliknya bila ransum mengandung serat terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Bahan pakan konsentrat mengandung kadar serat rendah dan mudah di cerna, misalnya: dedak, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung, kedelai dan lain-lain. Konsentrat komersial merupakan campuran dari bahan-bahan tersebut
Jumlah air minum yang diberikan juga dapat mempengaruhi jumlah produksi susu. Oleh karena itu pemberian air minum penting dalam peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan lebih dari 85% bagian dari susu terdiri dari air dan 50% dari badan sapi perah juga terdiri dari air. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu, suhu lingkungan dan bentuk makanan yang diberikan (seperti hijauan segar dengan hijauan kering). Kebutuhan air minum untuk seekor sapi sebesar 3,6 – 4,0 liter per hari untuk setiap liter susu yang dihasilkannya. Oleh karena itu setiap hari seekor sapi perah membutuhkan air minum minimal sebanyak 37-45 liter. Jumlah ini akan bertambah bila suhu udara diatas 280C.
2. Umur
Umumnya sapi perah mulai beranak pada umur 2 tahun dengan produksi susu kira-kira sebesar 75% dari kemampuannya. Produksi susu akan meningkat dengan bertambahnya umur dan mencapai puncaknya pada umur 6-7 tahun. Kemudian setelah umur tersebut, sapi perah akan mengalami penurunan produksi susu. Oleh karena itu sapi biasanya diafkir jika sudah tidak ekonomis lagi atau kemampuan genetis produksi susunya sudah lebih rendah dari rataan kandang.
3. Jarak Beranak
Jarak beranak yang ideal untuk seekor sapi perah betina yaitu 12 – 12,5 bulan. Jika jarak beranak ini kurang dari satu tahun, maka produksi susu akan turun sebesar 3,7 – 9,0% pada laktasi yang sedang berjalan dan atau yang akan datang. Akan tetapi kalau jarak beranak diperpanjang sampai 450 hari, maka produksi susu akan naik sebesar 3,5%. Walaupun demikian kenaikan sebesar 3,5% ini tidak ekonomis dan merupakan kerugian, sebab susu yang dihasilkan selama masa perpanjangan ini tidak dapat menutupi biaya pakan dan tertundanya penerimaan dari hasil pedet.
4. Tatalaksana
Kegiatan tatalaksana lain yang berpengaruh terhadap produksi susu yaitu kegiatan pemerahan. Perubahan waktu pemerahan dan tenaga kerja pemerah dapat menurunkan produksi susu sampai 50%, sehingga tatalaksana pemerahan juga merupakan faktor kritis dalam peternakan sapi perah.

No comments: