28 September 2009

Memanfaatkan Pekarangan Rumah yang Sempit Menjadi Lahan Produktif


Seringkali pekarangan rumah kita yang sempit menjadi kendala dan tanda tanya "bagaimana cara untuk memanfaatkannya?". Pekarangan rumah yang sempit seharusnya tidaklah menjadi hambatan, dalam upaya kita merubahnya menjadikannya lebih produktif. Hanya dalam hal ini, membutuhkan sedikit pemikiran yang jeli dan kreatif.

Pekarangan rumah dapat kita manfaatkan sesuai dengan selera dan keinginan kita. Sebagai contoh kita dapat memanfaatkannya untuk keindahan (kolam dan tanaman hias), tabulampot (tanaman buah dalam pot), taoblampot (tanaman obat dalam pot), tayurlampot (tanaman sayuran dalam pot), kolam ikan, miniternak dan lain sebagainya.

Usaha ini tidak terlepas pada bagaimana cara kita dalam me-manajemen lokasi yang sempit tersebut menjadi lokasi yang cukup efisien, produktif dan efektif. Beberapa teknik dalam pemanfaatan lahan yang sempit adalah teknik vertikultur, akuaponik, dan lain sebagainya.
Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal untuk memanfaatkan lokasi yang sempit.
Aquaponik yaitu memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem re-sirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran. 

13 September 2009

Mengenal Multibisnis Pertanian Terpadu

Keterkaitan antar komoditas yang diusahakan dalam
metode usaha multibisnis pertanian terpadu



Multibisnis pertanian terpadu adalah istilah yang dipakai untuk sebuah model usaha pertanian, yang bergerak pada beberapa lini usaha atau produk pertanian dan dikelola secara komersial. Dalam pengelolaannya diupayakan dapat mengoptimasi hasil keluaran dan saling terkait satu sama lainnya. Multibisnis pertanian terpadu merupakan suatu alternatif permodelan usaha yang digunakan untuk mengantisipasi ketidakpastian resiko usaha di bidang pertanian. Disamping dapat bertujuan menghasilkan pendapatan yang terencana, juga meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan usahanya. Pengelolaan usaha secara multibisnis memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model usaha terspesialisasi. Adapun keunggulan-keunggulan usaha pertanian yang dikelola secara multibisnis, antara lain adalah :
1.2.1. Mengeliminasi ketidakpastian usaha dengan mengurangi resiko kerugian.
Seringkali usaha pertanian mengalami resiko kerugian akibat adanya penurunan produksi dan nilai produk. Penurunan produksi terjadi karena kesalahan teknik budidaya, serangan hama dan penyakit, bencana alam serta masalah-masalah teknis lainnya. Sedangkan penurunan nilai produk dapat disebabkan oleh perubahan kondisi pasokan, preferensi, cita rasa dan selera konsumen serta perubahan kondisi perekonomian secara umum. Pengusahaan beberapa komoditas yang memiliki resiko yang berbeda, memungkinkan kerugian yang diderita pada satu komoditas tertentu dapat ditutupi dengan keuntungan komoditas yang lainnya.
1.2.2. Meningkatkan efisiensi produksi melalui pengelolaan beberapa komoditas
Setiap komoditas yang diusahakan, menghasilkan hasil keluaran yang berbeda pula. Hasil keluaran tersebut diharapkan dapat saling melengkapi dan sinergetik satu sama lain. Melalui pemanfaatan hasil keluaran berupa produk ikutan atau pun limbah yang dihasilkan, diharapkan dapat menekan biaya produksi. Daya dukung dan interaksi yang sesuai antar komoditas yang memiliki sifat komplementari, akan mendorong terjadinya efisiensi produksi dalam usaha tersebut.
1.2.3. Pemanfaatan lahan dapat lebih efisien.
Lahan yang tersedia dimanfaatkan dengan baik dan benar secara komersial, maka diharapkan akan memperoleh hasil per unit areal lahan yang lebih tinggi, beragam dan lebih menguntungkan.
1.2.4. Menciptakan pendapatan yang terencana dan terus menerus.
Keunggulan itu tercipta melalui peng-kombinasian dan pemanfaatan sifat alamiah, keunggulan dan pola produksi jenis tanaman ataupun ternak berbeda yang diusahakan. Semakin luas wawasan pengusaha dalam mengidentifikasikan sifat dan pola produksi jenis-jenis tanaman ataupun ternak menjadi faktor pendukung menuju kesuksesan.
1.2.5. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem alam, dengan pemanfaatan hasil keluaran antar komoditas dan menekan penggunaan input luar buatan.
Kerusakan lingkungan dapat diminimalkan optimasi penggunaan sumberdaya lokal maupun output yang dihasilkan serta maksimal dengan proses daur ulang.

09 September 2009

Sekilas Mengenai Budidaya Ikan Patin

Prospek Ikan patin cukup cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat. Ikan patin merupakan jenis ikan air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Dalam pembudidayaannya, saat usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk perkembangan tubuhnya. Kandungan oksigen rendah tidak menjadi hambatan untuk membesarkan ikan ini. Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar yaitu pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum atau Balai Pemeliharaan Air Tawar. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat selama 2 minggu dengan hati-hati. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, diusahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum ditebar, benih dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam kolam yang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi :
  1. Pemilihan calon induk siap pijah.
  2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
  3. Kawin suntik (induce breeding).
  4. Pengurutan (striping).
  5. Penetasan telur.
  6. Perawatan larva.
  7. Pendederan.
  8. Pemanenan.
Ikan Patin cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pembudidayaan dalam usia enam bulan, ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Persyaratan Lokasi :
  1. Tanah kolam yang baik adalah jenis tanah liat/lempung tidak berporos.
  2. Kemiringan tanah 3-5%.
  3. Jika di sungai menggunakan jala apung, pilihlah tempat yang berarus lambat.
  4. Kualitas air harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, minyak/limbahpabrik. Untuk menghindari timbulnya jamur di air kolam, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
  5. Suhu air yang baik rata-rata berkisar 26–28 derajat C.
  6. Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
Pemupukan kolam pada awal persiapan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak- banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m2. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Makanan dapat berupa pelet yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
Penggunaan Aquariam dalam Pembenihan Ikan Patin

Induk Ikan Patin


Benih Ikan Siap Pendederan


Benih Ikan Siap Budidaya


Ikan Patin ber-usia 6 bulan


08 September 2009

Jenis-jenis Sapi Potong yang digunakan untuk Usaha Penggemukan


Usaha pengemukan sebagai salah satu alternatif usaha sapi potong yang cukup menjanjikan karena mempunyai siklus produksi yang relatif pendek yaitu 3 – 6 bulan, sehingga pengembalian modal usaha dapat lebih cepat.

Sapi-sapi lokal umumnya dipelihara oleh peternak rakyat dengan bobot potong 300-350 kg, sementara sapi impor umumnya dipelihara oleh perusahaan penggemukan sapi hingga mencapai bobot potong 450-550 kg dengan umur 2-3 tahun.

Terdapat banyak bangsa sapi baik dari daerah tropis maupun daerah subtropis dan sapi hasil persilangan dari beberapa bangsa sapi. Setiap bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing sehingga tidak semua bangsa sapi cocok untuk dikembangkan disetiap daerah. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri bangsa sapi yang termasuk dalam kelompok sapi tropis dan subtropis.

Bangsa Sapi Tropis

Kelompok sapi tropis secara umum memiliki ciri-ciri mencolok yang sangat mudah dibedakan dengan kelompok sapi yang lain. Bila dilihat secara seksama, bangsa-bangsa sapi tropis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Umumnya memiliki punuk.
  2. Bagian ujung telinga meruncing.
  3. Kepalanya panjang dengan dahi sempit.
  4. Kulitnya longgar dan tipis, kurang lebih 5-6 mm, kelenjar keringatnya besar.
  5. Timbunan lemak, baik yang ada di bawah maupun di dalam kulit, otot-ototnya rendah.
  6. Garis punggung pada bagian tengah berbentuk cekung dan bagian pada bagian tunggingnya miring.
  7. Bahunya pendek, halus dan rata.
  8. Kakinya panjang sehingga gerakannya lincah.
  9. Lambat dewasa karena pertumbuhannya lambat sehingga pada umur 5 tahun baru bisa dicapai berat maksimal.
  10. Bentuk tubuh sempit dan kecil serta berat timbangan sekitar 250-650 kg.
  11. Ambingnya kecil sehingga produksi susunya rendah.
  12. Sapi tahan terhadap suhu tinggi dan kehausan. Kadar air yang terkandung di dalam kotoran rendah. Hal ini sangat berbeda dengan kotoran kerbau yang kadar airnya lebih tinggi sehingga kotoran kerbau tersebut kondisinya lembek.
  13. Toleran terhadap berbagai jenis pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi atau pakan yang sederhana.
  14. Umumnya tahan caplak dan gigitan nyamuk.

Beberapa bangsa sapi tropis yang sudah cukup populer banyak terdapat di Indonesia sampai saat ini adalah sapi Bali, Madura, Ongole dan Brahman Cross.

Bangsa sapi subtropis

Bangsa sapi subtropis memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan sapi tropis, dengan karakteristik bangsa sebagai berikut.

  1. Sapi tidak berpunuk.
  2. Ujung telinga berbentuk tumpul atau bulat.
  3. Kepala pendek, dahi lebar.
  4. Kulit tebal yang rata-ratanya 7-8 mm.
  5. Timbunan lemak pada sapi cukup tebal.
  6. Garis punggung lurus dan rata.
  7. Tulang pinggang lebar dan menonjol keluar.
  8. Rongga dada berkembang baik.
  9. Bulu panjang, kasar.
  10. Kaki pendek sehingga geraknya lamban.
  11. Sapi cepat dewasa, umur 4 tahun bisa mencapai pertumbuhan maksimal.
  12. Tidak tahan terhadap suhu tinggi, relatif banyak minum dan kotorannya basah.
  13. Sapi dewasa tumbuh besar, berat badan jantan mencapai 900 kg.

Beberapa contoh sapi subtropis yang juga diternakkan di Indonesia misalnya Shorthorn, Hereford, Charolais dan Aberdeen angus.

Perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu peternakan yang semakin maju ini, bangsa-bangsa sapi yang secara genetis memiliki ciri-ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya dan keunggulan dan kekurangan masing-masing kini telah dikawinsilangkan, sehingga diperoleh keturunan bangsa sapi baru yang unggul, baik produktivitas dagingnya maupun sifat-sifat adaptasinya terutama terhadap lingkungan yang kurang baik. Sifat-sifat ini lebih bisa membawa kemudahan dalam rangka pemeliharaan di daerah yang baru.

Adapun bangsa-bangsa sapi baru hasil keturunan kedua golongan tersebut ialah Brahman Cross, Santa Gertrudis, Beefmaster, Brangus dan Charbray.